Seperti perabadan lain, Islam juga mengalami beberapa periode dalam sejarah. Ada satu periode dimana Islam bisa menunjukkan eksistensinya di dunia. Periode tersebut terjadi pada saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur muslim bisa memberikan banyak konstribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan. Mereka melakukannya baik dengan menjaga tradisi yang telah ada maupun dengan menciptakan penemuan-penemuannya sendiri.
Pada periode Zaman Kegelapan (The Dark Ages) di Eropa, yaitu pada era yang terbentang selama “abad pertengahan” (medieval), yakni masa-masa di mana masyarakat Eropa didominiasi oleh pemerintahan dan kekuasaan agama. Para sejarawan biasanya merujuk antara abad ke-4 hingga abad ke-15 sebagai masa-masa peradaban skolastik atau peradaban yang dikuasai oleh para penguasa Gereja. Masa-masa inilah yang merupakan periode yang ingin dikubur oleh tokoh-tokoh Renaissance. Renaissance di Eropa terjadi karena para intelektual merasa bahwa pihak gereja sangat otoriter terutama terhadap penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan yang dirasakan tidak sesuai dengan gereja atau dianggap dapat mengurangi kekuasaan gereja.
Islam juga memiliki masa-masa kejayaan dan masa-masa kegelapan. Meski tidak setepat pengalaman Eropa, kita bisa membagi sejarah kegemilangan Islam pada masa-masa antara abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-13, atau hampir berbarengan dengan masa-masa kegelapan di Eropa.
Dengan demikian, ketika di belahan bumi Eropa sedang berada dalam zaman kegelapan, masyarakat Islam justru mengalami kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Mereka mengambil ilmu-ilmu yang ada di Yunani dan Romawi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab. Selain itu, perkembangan Islam juga dihubungkan dengan letak geografis.
Sebelum Islam datang, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW sendiri juga berasal dari golongan pedagang. Tradisi Ziarah Mekah membuat kota itu menjadi pusat pertukaran gagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang muslim dalam jalur perdagangan Afrika-Arab dan Asia-Arab sangat besar dan penting. Hal tersebut membuat peradaban Islam tumbuh, berkembang dan meluas dengan berdasarkan perekonomian dagangnya.
- Sarjana Islam pada Zaman Pertengahan
Sewaktu penaklukan awal Islam, tentara Arab muslim, yang pada waktu itu dipimpin oleh Khalid ibnu al-Walid, menaklukkan kerajaan Persia Sassanid dan lebih dari setengah kekaisaran Byzantium (Romawi), dan mendirikan kerajaan Arab sepanjang Timur Tengah, Asia Tengah, dan Afrika Utara, diikuti pengembangan selanjutnya di sepanjang Pakistan, Italia selatan dan Semenanjung Iberia. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan Islam mewarisi ilmu dan kemahiran Timur Tengah silam yaitu dari Yunani, Persia dan India.
Sebagai contoh: Seni pembuatan kertas diperoleh dari budaya Cina dalam Pertempuran Talas (751 M), dan mendorong pembangunan pabrik kertas di Samarkand dan Baghdad. Kemudian Arab memperbaiki teknik Cina dengan menggunakan bantuan kain linen yang dihasilkan dari kulit kayu mulberi.
Ilmuwan Arab dan ilmuwan Iran tinggal dan mengamalkan ilmu masing-masing di tanah jajahan Islam sewaktu Zaman Kegemilangan Islam, walaupun tidak semua ilmuwan dalam kerajaan Islam berbangsa Arab atau beragama Islam. Bahkan sebagian besar sarjana menolak penggunaan istilah “Arab-Islam” karena dirasakan istilah itu tidak menggambarkan keberagaman para sarjana Timur yang telah menyumbangkan ilmu pengetahuan pada zaman itu.
Pada Zaman Kegemilangan Islam, para sarjana Islam membuat pengembangan penting dalam bidang sains, matematika, pengobatan, ilmu falak, mekanika, dan bidang-bidang lain. Jumlah karya penting dalam bidang sains dan matematika, yang ditulis asli berbahasa Arab adalah lebih besar daripada jumlah keseluruhan karya berbahasa Latin dan Yunani dalam bidang yang sama.
Perbedaan paling nyata antara periode kegemilangan dan kegelapan adalah bahwa pada masa kegemilangan, semangat dan pencapaian budaya, seni, pemikiran, dan filsafat Islam begitu besar. Ratusan ilmuwan dilahirkan dan ribuan buku ditulis pada periode ini. Sementara itu, pada masa kegelapan, produksi intelektualisme menurun drastis dan ilmuwan besar tak lagi dilahirkan.
- Institusi Ilmu pada Masa Keemasan Islam
Terdapat beberapa institusi penting yang tidak ada pada zaman kuno selain dalam dunia Islam Zaman Pertengahan, contohnya adalah rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa, perpustakaan umum, universitas yang menerbitkan ijazah, balai ilmu falak, dan waqaf.
Sir John Bagot Glubb menulis, “Pada zaman Ma'mun, sekolah-sekolah kedokteran sangat banyak didirikan di Baghdad. Rumah sakit umum pertama dibuka di Baghdad pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid. Dengan pembangunan sistem ini, para ahli pengobatan dan pembedahan dilantik menjadi dokter untuk mengobati dan menyembuhkan pasien. Selain itu juga menganugerahkan ijazah kepada mereka yang dinilai layak dan memenuhi syarat menjadi ahli medis. Rumah sakit pertama di Mesir dibuka pada tahun 872 M dan sesudah itu rumah sakit-rumah sakit umum dibuka di seluruh kerajaan Islam, dari Al-Andalus dan Maghreb sampai ke wilayah Persia.”
Universitas Al-Karaouine di Fez, Maghribi, yang didirikan pada tahun 859 M tercatat dalam Guinness Book of Record sebagai universitas tertua di dunia. Sedangkan universitas Al-Azhar yang didirikan di Kaherah, Mesir pada abad ke-10, menawarkan beberapa ijazah akademik diantaranya ijazah pascasarjana, dianggap sebagai universitas murni pertama.
Beberapa ciri tersendiri perpustakaan modern diperkenalkan dalam dunia Islam. Perpustakaan bukan saja merupakan kumpulan manuskrip lama seperti pada zaman kuno, tetapi juga berfungsi sebagai perpustakaan umum, pusat pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan, dan kadangkala sebagai tempat menuntut ilmu para sarjana atau murid. Konsep katalog perpustakaan juga diperkenalkan di dalam perpustakaan Islam Zaman Pertengahan, dan buku-buku disusun mengikuti genre dan kategori tertentu.
Satu ciri yang sering terdapat pada Zaman Keemasan Islam ialah terdapat begitu banyak ilmuwan muslim yang ahli dalam pelbagai bidang (polymath). Mereka ini dikenal sebagai Hakim dan mereka menguasai ilmu yang luas dalam beberapa bidang agama dan sekular. Sarjana yang menguasai pelbagai disiplin ilmu sering ditemui pada Zaman Keemasan Islam sehingga sukar mencari seorang sarjana yang ahli hanya dalam satu bidang ilmu saja. Tokoh-tokoh genius polymath ini diantaranya adalah:
- Al-Biruni
- Al-Jahiz
- Al-Kindi
- Abu Bakar Muhammad al-Razi
- Ibnu Sina
- Ibnu Bajjah
- Ibnu Zuhr
- Ibnu Tufayl
- Ibnu Rushd
- Al-Suyuti
- Abu Musa Jabir bin Hayyan
- Al-Khawarizmi
- Abbas ibnu Firnas
- Al-Farabi
- Al-Muqaddasi
- Ibnu al-Haytham
- Umar Khayyam
- Al-Ghazali
- Al-Jazari
- Al-Nafis
- Al-Tusi
- Ibnu al-Shatir
- Ibnu Khaldun, dll
Pada abad ke-12 dan ke-13 banyak teori-teori ilmu falak yang bermutu tinggi dihasilkan. Karya Ibnu al-Shatir (1304-1375 M) di Damsyik menjadi salah satu contoh yang menarik. Keadaan demikian juga terdapat dalam bidang-bidang lain seperti di bidang pengobatan dengan karya-karya Ibnu al-Nafis dan Serafeddin Sabuncuoglu, dan sains sosial dengan Ibnu Khaldun dan Muqaddimahnya (1370 M). Malah, Muqaddimah sendiri mencatatkan keadaan ini, dengan menyatakan bahwa sains berkembang pesat di Persia, Syria dan Mesir. Pada tahun 1258 M di Damsyik dan Kaherah, dalam usaha memelihara khazanah ilmu pengetahuan Islam, banyak sarjana-sarjana muslim yang menghasilkan ensiklopedia (termasuk ensiklopedia kedokteran sebesar 80 jilid oleh Ibnu al-Nafis).
- Pernyataan-pernyataan dari Para Cendekiawan
Robert Briffault menulis di dalam bukunya, “Hutang sains kita kepada sains Arab bukan dalam bentuk penemuan yang mengejutkan atau teori-teori revolusioner; melainkan lebih banyak kepada budaya Arab, ia berhutang akan keberadaannya. Dunia purba, seperti yang dapat kita lihat, ialah pra-saintifik. Ilmu falak dan matematika Yunani merupakan import dalam bentuk sudah jadi, yang tidak pernah betul-betul kita hayati asal mula pembentukannya. Orang Yunani membuat sistem, membuat teori, dan menjelaskannya. Akan tetapi cara penelitian yang sabar, pengumpulan ilmu, kaedah rapi sains, perhatian yang rinci dan teliti serta memakan waktu lama, kesemuanya asing bagi kita. Apa yang kita sebut sebagai sains yang timbul di Eropa merupakan hasil dari semangat baru, cara-cara penelitian baru, kaedah membuat ujikaji, pemerhatian, dll, yang semua itu diperkenalkan kepada Eropa oleh orang Arab. Sains ialah sumbangan terbesar orang Arab kepada dunia modern, walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan buah. Namun bukan sains saja yang telah menghidupkan kembali Eropa. Banyak pengaruh dari kebudayaan Islam yang memancarkan cahaya awal ke atas kehidupan Eropa.”
Demikian pula George Sarton menulis di dalam bukunya Pengenalan kepada Sejarah Sains, “Kejayaan utama, dan yang paling tidak terlihat pada Zaman Pertengahan ialah pembentukan semangat ujikaji (pasca penelitian), dan hal ini sebagian besar dicetuskan oleh orang-orang Islam hingga abad ke-12.”
“Hubungan efektif tunggal antara sains lama dan baru, disumbangkan oleh orang Arab. Zaman Gelap (Zaman Pertengahan) merupakan lubang gelap dalam sejarah sains di Eropa, dan selama seribu tahun tidak ada seorang pun ahli sains yang ternama melainkan di dalam kekhalifahan Arab.” Oliver Joseph Lodge
Howard R. Turner dalam bukunya yang bertajuk Science in Medieval Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari sarjana Muslim. “Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana muslim yang paling orisinal dan penting dalam sejarah Islam,” ungkap Turner.
“Selama 500 tahun Islam telah menguasai dunia dengan kekuatan, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi.” Jacques C. Reister
“Maka dari itu, cukup beralasan jika kita mengatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, barat bukanlah apa-apa.” Montgomery Watt
Sumbangsih peradaban Islam terhadap dunia, termasuk dunia Barat, juga diakui oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hal itu terungkap saat dia berpidato tanggal 5 Juli 2009. Dia menyatakan bahwa, “Peradaban berhutang besar pada Islam. Islamlah yang mengusung lentera ilmu selama berabad-abad serta membuka jalan bagi era Kebangkitan Kembali (Renaissance) dan era Pencerahan (Enlightenment) di Eropa. Ilmuwan Islamlah yang mengembangkan rumus aljabar, kompas magnet dan alat navigasi, keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan, dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya.”