Monday, November 30, 2020

16. Abu'l Hasan ibnu Arfa Ra'a


Abu'l Hasan ibnu Arfa Ra'a (wafat pada tahun 1197 M) merupakan seorang kimiawan muslim dan penulis dari buku berjudul The Golden Spangle (Shudur al-Dahab) atau “Kerlip-kerlip Keemasan”.


15. Al-Jawbari


Nama lengkapnya adalah 'Abd al-Rahman ibnu 'Umar Zain al-Din al-Dimashqi. Tokoh ini lahir di Jawbar dan secara umum dikenal sebagai Al-Jawbari (wafat pada tahun 1222 M). Ia adalah seorang penulis Arab yang terkenal karena tulisannya yang mencela ketakhyulan yang diciptakan oleh para kimiawan gadungan.

Al-Jawbari menulis kitab “Book of Selected Disclosure of Secrets” (Kitab al-Mukhtar fi Kashf al-Asrar) menyingkap kecurangan dan kelakar yang memperdayakan, yang dilakukan oleh dukun atau tukang obat keliling, dokter gadungan, kimiawan palsu, dan penjaja rente. Dalam bukunya itu, ia menuliskan orang-orang yang mengaku sebagai kimiawan yang mengetahui ratusan cara dalam membuat trik dan tipu muslihat.


14. Hasan al-Rammah



Hasan al-Rammah (wafat pada tahun 1295 M) adalah seorang insinyur dan kimiawan dari Suriah. Hasan al-Rammah lahir di Damaskus, Suriah dan merupakan kimiawan muslim pertama yang berhasil menciptakan dan merekayasa peledak modern. Hasan al-Rammah menuliskan 107 resep bubuk mesiu. Dia memperbaiki bubuk mesiu yang awalnya ditemukan di Cina itu. Dialah ilmuwan muslim pertama yang menemukan peledak yang lebih modern.


13. Abu Mansur Muwaffaq


Abu Mansur Muwaffaq berasal dari Herat (sekitar abad ke-10). Ia adalah seorang ahli farmasi dan kimiawan yang sangat berpengaruh. Abu Mansur Muwaffaq adalah penulis dari The Foundations of the True Properties of Remedies, disitu ia menuliskan tentang 585 jenis obat. Ketika tengah terjadi krisis air di wilayah sekitar lingkungannya, maka Abu Mansur Muwaffaq pun mempelajari sifat-sifat air dan juga mendeskripsikan penyulingan air laut untuk diubah menjadi air minum. Dan untuk itu, ia pun mengarungi dan melakukan penelitian di wilayah-wilayah di Laut Khwarezm, Laut Kaspi, dan Laut Arab. Semasa hidupnya, ia sangat terinspirasi oleh karya-karya Abu Rayhan al-Biruni, terutama dalam bidang kimia dan farmakologi.


12. Mansur al-Kamili

Mansur ibnu Bara adh-Dhahabi al-Kamili (wafat pada tahun 1236 M) adalah seorang muslim ahli metallurgi, kimiawan, dan sosiolog dari Mesir, pada zaman pertengahan. Karya-karyanya antara lain adalah: “Chemical aspects of medieval minting in Egypt” (Kashf al-Asrar al-Cilmiya Bidar al-Darb al-Misriya).


11. Ibnu al-Rassam

Ibnu al-Rassam adalah seorang kimiawan muslim dan juga seorang desainer mosaic yang terkemuka pada masa dinasti Mamluk Bahri (1250-1382 M) di Mesir. Ibnu al-Rassam dikenal luas karena menemukan teknik tentang cara mendapatkan tembaga dari berbagai jenis malachite, ia juga menemukan indigo dengan memanaskan berbagai zat. Selain itu ia juga dikenal sebagai salah seorang sahabat dari kimiawan Abul Ashba ibnu Tammam (wafat pada tahun 1361 M).

10. Izz al-Din Aydamir al-Jaldaki

Izz al-Din Aydamir al-Jaldaki yang juga dikenal sebagai Al-Jildaki adalah seorang kimiawan Persia dari wilayah Khorasan, dia terpaksa meninggalkan tanah airnya karena invasi kerajaan Mongol. Al-Jildaki merupakan salah satu dari sekian banyak ahli kimia muslim pada abad pertengahan, dia adalah penulis dari sejumlah buku ilmiah, seperti Al-Misbah fi Ilm al-Miftah (Key of the Sciences of Lights) dan risalah kimia: The Proof Regarding Secrets of the Science of the Balance (Kitab al-Burhan fi Asrar 'Ilm al-Mizan). 

Al-Jildaki lahir di Jaldak, sebuah wilayah di Khorasan sekitar 15 kilometer dari Mashhad, Iran. Dalam tulisan-tulisannya, ia menyatakan bahwa dirinya telah menghabiskan 17 tahun berkelana melewati Iraq, Anatolia, Yaman, Afrika Utara, dan Suriah, hingga pada akhirnya menetap di Mesir dimana ia menyusun banyak risalah. 

Ia adalah seorang penulis yang cukup produktif di bidang ilmu kimia, yang sekarang dimiliki oleh United States National Library of Medicine. Risalah-risalahnya yang mencerminkan ketertarikan yang lebih luas dari sekedar ilmu kimia, melestarikan kutipan-kutipan luas dari penulis-penulis sebelumnya. Izz al-Din Aydamir al-Jaldaki wafat di Kairo, Mesir pada tahun 1342 M. 

Friday, November 27, 2020

9. Salimuzzaman Siddiqui




Salimuzzaman Siddiqui (19 Oktober 1897-14 April 1994), HI, MBE, SI, D.Phil adalah seorang ahli kimia asal Pakistan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Pakistan. Dia adalah perintis teknik isolasi campuran kimia yang unik dari tanaman-tanaman seperti Neem (Azadirachta indica), Rauwolfia, dan tanaman-tanaman yang lain. Profesor Siddiqui adalah pendiri dan direktur dari Institut Penelitian Kimia H.E.J., yang telah berjasa dalam merintis penelitian farmakologi terhadap tanaman-tanaman di Asia Selatan yang substansi kimiawinya dapat diambil dan digunakan untuk obat-obatan.

Salimuzzaman Siddiqui dilahirkan di Subeha (Distrik Barabanki) dan mendapat pendidikan dasar di Lucknow dalam bahasa Urdu dan Persia. Ketertarikannya terhadap literatur, sastra, dan kaligrafi bermula dari ayahnya, Sheikh Muhammad Zaman. Pada tahun 1920, Siddiqui belajar di bidang obat-obatan di University College London. Setahun setelah itu dia pindah ke Universitas Frankfurt untuk studi dalam bidang kimia. Pada tahun 1927, Siddiqui meraih gelar doktornya di bawah bimbingan Profesor Julius von Bram.

Setelah lulus dari pendidikannya, Sidiqui kembali ke Universitas Tibbia Delhi di bawah supervisi Hakim Ajmal Khan. Pada tahun 1940, dia bergabung di Badan Penelitian Sains dan Industri India hingga 1951. Siddiqui akhirnya bermigrasi ke Pakistan oleh permintaan Perdana Menteri Liaquat Ali Khan pada tahun 1951. Di Pakistan dia dipercaya untuk memimpin aktivitas penelitian pemerintah. Pada tahun 1953, dia mendirikan Akademi Sains Pakistan sebagai lembaga riset non-politik dari berbagai ilmuwan terkemuka.

Hasil penelitian Siddiqui yang pertama kali adalah pada tahun 1931, yaitu penelitiannya tentang isolasi agen antiarithmik dari akar-akar tanaman Rauwolfia serpentina. Substansi yang ditemukannya diberi nama ajmalin. Setelah itu ekstraksi alkaloid lainnya adalah ajmalicin, (C21H24N2O3), isoajmalin, neoajmalin, serpentin, dan serpentinin. Banyak di antaranya yang masih dipakai di seluruh dunia untuk mengobati kegagalan jantung dan penyakit jiwa.

Siddiqui adalah orang yang pertama kali memperkenalkan zat-zat anthelmintic, antifungal, antibacterial, dan antiviral dari pohon Neem pada kimiawan-kimiawan dunia. Pada tahun 1942 dia berhasil mengekstraksi 3 campuran dari minyak Neem yang dinamakan nimbin, nimbinin, dan nimbidin. Zat-zat ini digunakan sebagai insektisida alami. Oleh karena penemuannya yang revolusioner, dia dianugerahi Order of the British Empire pada tahun 1946.


Thursday, November 26, 2020

8. Khalid ibnu Yazid




Khalid bin Yazid bin Muawwiyah (lahir pada tahun 635 M, dan wafat pada tahun 704 M) merupakan orang Arab pertama yang memiliki ketertarikan terhadap ilmu kimia dengan mempelajari tulisan-tulisan mengenai ilmu kimia yang berasal dari terjemahan buku karya kimiawan Yunani. Ia juga dikenal sebagai seorang penulis buku tentang ilmu kimia, banyak tulisannya mengenai ilmu kimia, namun buku-buku tersebut sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa ditemukan. Namun demikian, sudah banyak ahli kimia yang mengutip tulisan dari Khalid bin Yazid. Buku-buku tentang ilmu kimia karya Khalid bin Yazid ditulis kembali oleh seorang kimiawan yang juga seorang penemu besar yang bernama Jabir ibnu Hayyan yang di Eropa dikenal sebagai Bapak Ilmu Kimia.

Kemunculan Khalid bin Yazid dalam kaitannya dengan ilmu kimia adalah: bahwa dia belajar ilmu kimia dan obat-obatan dari Monk Marianos. Ilmu kimia tersebut dijabarkan kembali oleh Khalid bin Yazid dari terjemahan bahasa Yunani (tahap pertama) dilanjutkan tahap inovasi serta penemuan, dengan menggunakan buku-buku bab ilmu kimia dari Yunani serta Mesir yang dia dapatkan, dengan demikian para ahli kimia Arab pun dapat mulai mencoba sekaligus mengadakan penelitian asli menggunakan acuan dari buku hasil terjemahan tersebut.

Gambaran dari praktek yang pertama kali dilakukan oleh para ahli kimia tersebut ditulis dalam kitab Al-Fihrist, yaitu ensiklopedia yang ditulis oleh Al-Nadim dari Arab pada tahun 988 M. Dalam ensiklopedia tersebut, ada bab yang membahas tentang ilmu kimia yang menyebutkan asal-usul dari ilmu tersebut, dan juga terdapat daftar nama-nama dari para ahli kimia Yunani yang termashyur pada masa itu. Dan juga ilmuwan Arab, seperti Yazid bin Khalid, Jabir ibnu Hayyan, Ar-Razi, Ibnu Wahshiyya serta Dhu'n-Nun (berkebangsaan Mesir). 

Khalid bin Yazid menulis tiga risalah tentang ilmu kimia:

Al-Ser al-Badea fi Fak al-Ramz al-Manea

Ferdous al-Hekma fi Elm al-Chemea, serta

Maqalata Marianos Al-Raheb.


7. Mostafa el-Sayed



Mostafa el-Sayed (lahir pada tanggal 8 Mei 1933) adalah seorang kimiawan Mesir-Amerika, peneliti non sains yang terkemuka, anggota dari The National Academy of Sciences dan seorang penerima penghargaan US National Medal of Science. Ia juga dikenal karena hukum spectroscopy yang dinamai sesuai dengan namanya yaitu: The El-Sayed rule.

Ia mendapatkan gelar sarjananya di Ain Shams University, fakultas Ilmu Pengetahuan, pada tahun 1953. El-Sayed mendapatkan gelar doktoralnya di Florida State University bersama Michael Kasha, murid dari G. N. Lewis yang legendaris. Dia adalah peneliti di Harvard University, Yale University, dan The California Institute of Technology sebelum bergabung di The University of California di Los Angeles pada tahun 1961. Ia kemudian menjadi profesor pengawas pada bidang kimia dan biokimia di Georgia Institute of Technology. Di sana, ia menjabat sebagai kepala laboratorium Laser Dynamics. El-Sayed sebelumnya juga menjabat sebagai kepala editor di Journal of Physical Chemistry.


6. Ahmed Zewail




Dr. Ahmed Hassan Zewail adalah seorang kimiawan berkebangsaan Mesir yang dikenal karena femtokimia. Ia lahir pada 26 Februari 1946, di Damanhur, Mesir. Ia juga merupakan seorang tokoh pakar sains Mesir yang telah memenangkan Hadiah Nobel 1999 dalam bidang kimia.

Dr. Zewail merupakan ilmuwan muslim kedua setelah Profesor Abdus Salam dari Pakistan yang menerima penghargaan tersebut karena jasanya menemukan femtokimia, yaitu studi mengenai reaksi kimia melintasi femtoseconds. Dengan menggunakan teknik laser ultracepat (terdiri dari cahaya laser ultrapendek), teknik ini memberikan deskripsi reaksi pada tingkat atom. Dapat dilihat sebagai bentuk kehebatan tinggi dari cahaya fotografi. Selain itu ia juga pernah mendapat Jabatan Linus Pauling dalam bidang Fisika Kimia di California Institute of Technology, Pasadena sejak tahun 1990.

Kini ia menetap di San Marino, California bersama isterinya Dema Zewail yang merupakan ahli obat-obatan di Universitas California, Los Angeles (UCLA).

Fakta menarik tentang Dr. Ahmad Zewail:

  • Ia merupakan ilmuwan kedua muslim yang mendapat Hadiah Nobel dalam bidang kimia pada tahun 1999.
  • Orang tuanya begitu mengharapkannya menjadi seorang profesor. Malah sejak kecil, orang tuanya telah meletakkan tanda nama “Dr. Ahmed” di bilik bacaannya.
  • Selain membaca, beliau sangat menyukai musik.
  • Ia tidak menyukai ilmu sosial karena mengharuskan seseorang itu mengingat suatu subjek sedangkan ia lebih suka bertanya “kenapa” dan “bagaimana”.
  • Minatnya dalam bidang matematika dan kimia bermula sejak kecil. Ia pernah membuat beberapa alat uji kaji termasuk sebuah perlengkapan dari alat pembakar milik ibunya (yang digunakan untuk membuat kopi).
  • Bapak dari 4 orang anak ini memiliki 2 kewarganegaraan yaitu Mesir dan Amerika Serikat.
  • Ia memegang 2 jabatan profesor di Caltech yaitu profesor fisika dan kimia.


5. Muhammad ibnu Zakaria al-Razi


Al-Razi hidup antara tahun 864-930 M dan namanya dilatinkan menjadi Rhazes. Ia merupakan seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu kimia. Di dalam penelitiannya pada waktu itu Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara sistematis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu ia telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: distilasi, kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Laboratorium Kimia yang pertama di dunia. Bidang lain yang ditekuninya adalah pengobatan mata, pengobatan cacar, kimia, dan astronomi.


4. Abu Bakar ar-Razi


Abu Bakar ar-Razi (wafat pada tahun 935 M) membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton melakukannya. Ar-Razi juga melakukan pembagian fungsi tubuh manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.


3. Al-Majriti


Nama lengkapnya adalah Abul Qasim Maslamah bin Ahmad al-Majriti. Al-Majriti adalah seorang astronom, kimiawan, matematikawan, dan ulama Arab Islam dari Al-Andalus (Spanyol yang dikuasai Islam). Abdul Qasim lahir di Madrid dan meninggal sekitar tahun 1007-1008 M). 

Ia ikut serta dalam penerjemahan Planispherium karya Ptolemeus, memperbaiki terjemahan Almagest, memperbaiki tabel astronomi dari Al-Khwarizmi, menyusun tabel konversi kalender Persia ke kalender Hijriah, serta mempelopori teknik-teknik geodesi dan triangulasi. 

Ia juga ditulis sebagai salah satu penulis Ensiklopedia Ikhwan as-Shafa, tapi kecil kemungkinan bahwa ia benar-benar salah satu penulisnya. Dalam bidang kimia, Al-Majriti membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum Lavoisier).


2 Al-Kindi



Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibnu Ishak al-Kindi. Di dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun Barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri. Al-Kindi adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno. Al-Kindi adalah seorang filsuf muslim dan juga seorang ilmuwan. Sedangkan bidang disiplin ilmunya adalah filsafat, matematika, logika, kimia, musik, dan ilmu-ilmu kedokteran.

Wednesday, November 25, 2020

1. Jabir ibnu Hayyan



Orang-orang Eropa menamakannya Gebert, ia hidup antara tahun 721-815 M. Jabir ibnu Hayyan adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan dunia Islam yang pertama. Ilmu tersebut kemudian berkembang dan kemudian kita mengenalnya sebagai ilmu kimia. Bidang keahliannya (dimana dia mengadakan peneltian) adalah bidang logika, filsafat, kedokteran, fisika, mekanika, dan sebagainya. 

Jabir ibnu Hayyan juga merupakan penemu sejumlah perlengkapan alat laboratorium modern, sistem penyulingan air, identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie menemukannya), pembuat campuran komplek untuk cat. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, di masa pemerintahan Harun al-Rasyid di Baghdad. 

Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses tersebut.


C. Ilmuwan Muslim Membawa Pencerahan yang Menerangi Seluruh Dunia


Seperti perabadan lain, Islam juga mengalami beberapa periode dalam sejarah. Ada satu periode dimana Islam bisa menunjukkan eksistensinya di dunia. Periode tersebut terjadi pada saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur muslim bisa memberikan banyak konstribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan. Mereka melakukannya baik dengan menjaga tradisi yang telah ada maupun dengan menciptakan penemuan-penemuannya sendiri.

Pada periode Zaman Kegelapan (The Dark Ages) di Eropa, yaitu pada era yang terbentang selama “abad pertengahan” (medieval), yakni masa-masa di mana masyarakat Eropa didominiasi oleh pemerintahan dan kekuasaan agama. Para sejarawan biasanya merujuk antara abad ke-4 hingga abad ke-15 sebagai masa-masa peradaban skolastik atau peradaban yang dikuasai oleh para penguasa Gereja. Masa-masa inilah yang merupakan periode yang ingin dikubur oleh tokoh-tokoh Renaissance. Renaissance di Eropa terjadi karena para intelektual merasa bahwa pihak gereja sangat otoriter terutama terhadap penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan yang dirasakan tidak sesuai dengan gereja atau dianggap dapat mengurangi kekuasaan gereja. 

Islam juga memiliki masa-masa kejayaan dan masa-masa kegelapan. Meski tidak setepat pengalaman Eropa, kita bisa membagi sejarah kegemilangan Islam pada masa-masa antara abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-13, atau hampir berbarengan dengan masa-masa kegelapan di Eropa. 

Dengan demikian, ketika di belahan bumi Eropa sedang berada dalam zaman kegelapan, masyarakat Islam justru mengalami kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Mereka mengambil ilmu-ilmu yang ada di Yunani dan Romawi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab. Selain itu, perkembangan Islam juga dihubungkan dengan letak geografis. 

Sebelum Islam datang, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW sendiri juga berasal dari golongan pedagang. Tradisi Ziarah Mekah membuat kota itu menjadi pusat pertukaran gagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang muslim dalam jalur perdagangan Afrika-Arab dan Asia-Arab sangat besar dan penting. Hal tersebut membuat peradaban Islam tumbuh, berkembang dan meluas dengan berdasarkan perekonomian dagangnya.

- Sarjana Islam pada Zaman Pertengahan

Sewaktu penaklukan awal Islam, tentara Arab muslim, yang pada waktu itu dipimpin oleh Khalid ibnu al-Walid, menaklukkan kerajaan Persia Sassanid dan lebih dari setengah kekaisaran Byzantium (Romawi), dan mendirikan kerajaan Arab sepanjang Timur Tengah, Asia Tengah, dan Afrika Utara, diikuti pengembangan selanjutnya di sepanjang Pakistan, Italia selatan dan Semenanjung Iberia. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan Islam mewarisi ilmu dan kemahiran Timur Tengah silam yaitu dari Yunani, Persia dan India.

Sebagai contoh: Seni pembuatan kertas diperoleh dari budaya Cina dalam Pertempuran Talas (751 M), dan mendorong pembangunan pabrik kertas di Samarkand dan Baghdad. Kemudian Arab memperbaiki teknik Cina dengan menggunakan bantuan kain linen yang dihasilkan dari kulit kayu mulberi.

Ilmuwan Arab dan ilmuwan Iran tinggal dan mengamalkan ilmu masing-masing di tanah jajahan Islam sewaktu Zaman Kegemilangan Islam, walaupun tidak semua ilmuwan dalam kerajaan Islam berbangsa Arab atau beragama Islam. Bahkan sebagian besar sarjana menolak penggunaan istilah “Arab-Islam” karena dirasakan istilah itu tidak menggambarkan keberagaman para sarjana Timur yang telah menyumbangkan ilmu pengetahuan pada zaman itu. 

Pada Zaman Kegemilangan Islam, para sarjana Islam membuat pengembangan penting dalam bidang sains, matematika, pengobatan, ilmu falak, mekanika, dan bidang-bidang lain. Jumlah karya penting dalam bidang sains dan matematika, yang ditulis asli berbahasa Arab adalah lebih besar daripada jumlah keseluruhan karya berbahasa Latin dan Yunani dalam bidang yang sama.

Perbedaan paling nyata antara periode kegemilangan dan kegelapan adalah bahwa pada masa kegemilangan, semangat dan pencapaian budaya, seni, pemikiran, dan filsafat Islam begitu besar. Ratusan ilmuwan dilahirkan dan ribuan buku ditulis pada periode ini. Sementara itu, pada masa kegelapan, produksi intelektualisme menurun drastis dan ilmuwan besar tak lagi dilahirkan.

- Institusi Ilmu pada Masa Keemasan Islam

Terdapat beberapa institusi penting yang tidak ada pada zaman kuno selain dalam dunia Islam Zaman Pertengahan, contohnya adalah rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa, perpustakaan umum, universitas yang menerbitkan ijazah, balai ilmu falak, dan waqaf. 

Sir John Bagot Glubb menulis, “Pada zaman Ma'mun, sekolah-sekolah kedokteran sangat banyak didirikan di Baghdad. Rumah sakit umum pertama dibuka di Baghdad pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid. Dengan pembangunan sistem ini, para ahli pengobatan dan pembedahan dilantik menjadi dokter untuk mengobati dan menyembuhkan pasien. Selain itu juga menganugerahkan ijazah kepada mereka yang dinilai layak dan memenuhi syarat menjadi ahli medis. Rumah sakit pertama di Mesir dibuka pada tahun 872 M dan sesudah itu rumah sakit-rumah sakit umum dibuka di seluruh kerajaan Islam, dari Al-Andalus dan Maghreb sampai ke wilayah Persia.”

Universitas Al-Karaouine di Fez, Maghribi, yang didirikan pada tahun 859 M tercatat dalam Guinness Book of Record sebagai universitas tertua di dunia. Sedangkan universitas Al-Azhar yang didirikan di Kaherah, Mesir pada abad ke-10, menawarkan beberapa ijazah akademik diantaranya ijazah pascasarjana, dianggap sebagai universitas murni pertama.

Beberapa ciri tersendiri perpustakaan modern diperkenalkan dalam dunia Islam. Perpustakaan bukan saja merupakan kumpulan manuskrip lama seperti pada zaman kuno, tetapi juga berfungsi sebagai perpustakaan umum, pusat pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan, dan kadangkala sebagai tempat menuntut ilmu para sarjana atau murid. Konsep katalog perpustakaan juga diperkenalkan di dalam perpustakaan Islam Zaman Pertengahan, dan buku-buku disusun mengikuti genre dan kategori tertentu. 

Satu ciri yang sering terdapat pada Zaman Keemasan Islam ialah terdapat begitu banyak ilmuwan muslim yang ahli dalam pelbagai bidang (polymath). Mereka ini dikenal sebagai Hakim dan mereka menguasai ilmu yang luas dalam beberapa bidang agama dan sekular. Sarjana yang menguasai pelbagai disiplin ilmu sering ditemui pada Zaman Keemasan Islam sehingga sukar mencari seorang sarjana yang ahli hanya dalam satu bidang ilmu saja. Tokoh-tokoh genius polymath ini diantaranya adalah: 

- Al-Biruni

- Al-Jahiz

- Al-Kindi 

- Abu Bakar Muhammad al-Razi 

- Ibnu Sina

- Ibnu Bajjah 

- Ibnu Zuhr 

- Ibnu Tufayl 

- Ibnu Rushd 

- Al-Suyuti 

- Abu Musa Jabir bin Hayyan 

- Al-Khawarizmi 

- Abbas ibnu Firnas 

- Al-Farabi 

- Al-Muqaddasi 

- Ibnu al-Haytham 

- Umar Khayyam 

- Al-Ghazali

- Al-Jazari

- Al-Nafis 

- Al-Tusi

- Ibnu al-Shatir 

- Ibnu Khaldun, dll

Pada abad ke-12 dan ke-13 banyak teori-teori ilmu falak yang bermutu tinggi dihasilkan. Karya Ibnu al-Shatir (1304-1375 M) di Damsyik menjadi salah satu contoh yang menarik. Keadaan demikian juga terdapat dalam bidang-bidang lain seperti di bidang pengobatan dengan karya-karya Ibnu al-Nafis dan Serafeddin Sabuncuoglu, dan sains sosial dengan Ibnu Khaldun dan Muqaddimahnya (1370 M). Malah, Muqaddimah sendiri mencatatkan keadaan ini, dengan menyatakan bahwa sains berkembang pesat di Persia, Syria dan Mesir. Pada tahun 1258 M di Damsyik dan Kaherah, dalam usaha memelihara khazanah ilmu pengetahuan Islam, banyak sarjana-sarjana muslim yang menghasilkan ensiklopedia (termasuk ensiklopedia kedokteran sebesar 80 jilid oleh Ibnu al-Nafis).

- Pernyataan-pernyataan dari Para Cendekiawan

Robert Briffault menulis di dalam bukunya, “Hutang sains kita kepada sains Arab bukan dalam bentuk penemuan yang mengejutkan atau teori-teori revolusioner; melainkan lebih banyak kepada budaya Arab, ia berhutang akan keberadaannya. Dunia purba, seperti yang dapat kita lihat, ialah pra-saintifik. Ilmu falak dan matematika Yunani merupakan import dalam bentuk sudah jadi, yang tidak pernah betul-betul kita hayati asal mula pembentukannya. Orang Yunani membuat sistem, membuat teori, dan menjelaskannya. Akan tetapi cara penelitian yang sabar, pengumpulan ilmu, kaedah rapi sains, perhatian yang rinci dan teliti serta memakan waktu lama, kesemuanya asing bagi kita. Apa yang kita sebut sebagai sains yang timbul di Eropa merupakan hasil dari semangat baru, cara-cara penelitian baru, kaedah membuat ujikaji, pemerhatian, dll, yang semua itu diperkenalkan kepada Eropa oleh orang Arab. Sains ialah sumbangan terbesar orang Arab kepada dunia modern, walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan buah. Namun bukan sains saja yang telah menghidupkan kembali Eropa. Banyak pengaruh dari kebudayaan Islam yang memancarkan cahaya awal ke atas kehidupan Eropa.”

Demikian pula George Sarton menulis di dalam bukunya Pengenalan kepada Sejarah Sains, “Kejayaan utama, dan yang paling tidak terlihat pada Zaman Pertengahan ialah pembentukan semangat ujikaji (pasca penelitian), dan hal ini sebagian besar dicetuskan oleh orang-orang Islam hingga abad ke-12.” 

“Hubungan efektif tunggal antara sains lama dan baru, disumbangkan oleh orang Arab. Zaman Gelap (Zaman Pertengahan) merupakan lubang gelap dalam sejarah sains di Eropa, dan selama seribu tahun tidak ada seorang pun ahli sains yang ternama melainkan di dalam kekhalifahan Arab.” Oliver Joseph Lodge

Howard R. Turner dalam bukunya yang bertajuk Science in Medieval Islam pun mengakui bahwa ilmu optik merupakan penemuan asli dari sarjana Muslim. “Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana muslim yang paling orisinal dan penting dalam sejarah Islam,” ungkap Turner.

“Selama 500 tahun Islam telah menguasai dunia dengan kekuatan, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi.” Jacques C. Reister

“Maka dari itu, cukup beralasan jika kita mengatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, barat bukanlah apa-apa.” Montgomery Watt

Sumbangsih peradaban Islam terhadap dunia, termasuk dunia Barat, juga diakui oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hal itu terungkap saat dia berpidato tanggal 5 Juli 2009. Dia menyatakan bahwa,  “Peradaban berhutang besar pada Islam. Islamlah yang mengusung lentera ilmu selama berabad-abad serta membuka jalan bagi era Kebangkitan Kembali (Renaissance) dan era Pencerahan (Enlightenment) di Eropa. Ilmuwan Islamlah yang mengembangkan rumus aljabar, kompas magnet dan alat navigasi, keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan, dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya.”


B. Zaman Kegelapan di Dunia Eropa (THE Dark Ages)


Zaman ini dimulai setelah runtuhnya kekaisaran Romawi pada abad V hingga abad XI, dimana periode ini ditandai dengan banyaknya kekerasan fisik dan keyakinan agama yang terlalu berlebihan yang mengakibatkan peradaban di Eropa Barat mengalami perkembangan yang sangat rendah. Sistem sosial lama memberi jalan dan membuat masyarakat menjadi feodal dan gerejawi.

Masa kegelapan Eropa atau The Dark Ages lebih disebabkan karena lupa diri atas kemajuan yang dicapai oleh bangsa Yunani dan Romawi sebelumnya. Kekayaan yang berlimpah menyebabkan para pemimpin Eropa itu sibuk dengan kehidupan glamour dan kemewahan. Kerajaan menjadti tidak terurus, kesejahteraan masyarakat tidak lagi diperhatikan oleh para penguasa Eropa pada saat itu. Akibatnya banyak terjadi pergolakan di sana-sini. Orang-orang Barbar, yang sejak dulu telah lama mengincar Kejayaan Romawi sebagai penguasa Eropa pada saat itu, seolah mendapatkan kesempatan emas untuk mengambil alih kekuasaan. Romawi yang telah lama menjadi negeri super power itu akhirnya runtuh. Kaisar terakhir, Romulus Augustus, diturunkan oleh pemimpin suku Jerman bernama Odoacer pada tahun 476 M. Sejak saat itu kegelapan mulai menyelimuti bumi Eropa. Meski masih ada kerajaan Romawi yang masih berdiri di Timur Jauh, tepatnya di Byzantium.

Pada zaman kegelapan ini, keadaan dan kehidupan bangsa Eropa sangat memprihatinkan. Kemiskinan dan kemelaratan begitu luar biasa terjadi di Eropa, saat itu yang terjadi di sana adalah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang akan berkuasa dan berbuat semaunya. Bahkan William Manchester pernah mengatakan, “Eropa sebelum masa Renaissance adalah rangkaian peperangan yang tiada putus-putusnya, korupsi di seluruh negeri, tidak ada hukum yang berdiri tegak, obsesi terhadap mitos-mitos aneh, dan kebodohan yang tak terkatakan telah begitu melekat di Eropa.”

Pada masa itu, bangsa Eropa berada di titik yang terendah, dimana dominasi gereja sangatlah besar sehingga setiap kebenaran (ilmu pengetahuan) harus sesuai dengan paham gereja. Apabila ada yang menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan gereja, maka akan mendapatkan hukuman, bahkan sampai diburu dan dibunuh. Hal tersebut menyebabkan terisolasinya ilmu pengetahuan dari manusia. Padahal sekitar tahun 300 SM, peradaban Eropa sudah dibangun sedemikian rupa oleh bangsa Yunani dan Romawi. Ilmuwan-ilmuwan Yunani mengembangkan filsafat, sementara orang Romawi mengembangkan birokrasi.

Lenyapnya berbagai kemajuan klasik membuat orang menjadi terbelakang. Bahkan para raja dan bangsawan tidak bisa baca dan tulis. Mereka benar-benar orang yang tidak berilmu dan berpendidikan. Kecuali Charlemagne (742-814 M) pemimpin besar Eropa yang tercerahkan pada saat itu. Selama kegelapan mencengkeram Eropa, tercatat ada beberapa pemimpin yang berusaha untuk bangkit, mereka adalah bangsa Frank, Charlemagne, Alfred The Great penguasa Inggris dan juga Frederick II yang berkuasa di Eropa sejak 1212 M.

Ada juga beberapa tokoh ilmuwan yang sangat berperan dalam berjuang menyelamatkan ilmu pengetahuan pada abad kegelapan di Eropa, diantaranya yang cukup ternama adalah: Boethius, Bede, Alcuin, dan Gerbert.

Boethius

Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius Severinus Boethius. Lahir di kota Roma sekitar tahun 480. Membuat tulisan mengenai geometri dan aritmatika. Tulisannya pada bidang geometri terdiri dari dalil-dalil yang terdapat pada buku I, III, dan IV dari Euclid’s Elements serta beberapa aplikasi untuk pengukuran dasar. Tulisannya pada bidang aritmatika didasarkan atas hasil karya Nichomacus 4 abad sebelumnya. 

Bede 

Bede lahir di Nortumberland, Inggris sekitar tahun 673 M dan menjadi salah satu pendeta gereja yang terhebat. Dikenal sebagai Venerabilis Bede atau Saint Bede. Hasil karyanya pada pembuatan kalender dan perhitungan jari.

Saint Alcuin 

Saint Alcuin lahir di Yorkshire, Inggris sekitar tahun 735 M. Ia dikenal juga sebagai Flaccus, Albinus, dan Ealhwine. Dihargai atas kumpulan permasalahan teka-tekinya mengenai matematika yang mempengaruhi penulis buku teks selama berabad-abad. 

Gerbert 

Gerbert merupakan orang kristen pertama yang belajar di sekolah muslim di Andalusia (Spanyol). Ia lahir di Auvergne, Perancis sekitar tahun 950 M. Di masa hidupnya, ia menghasilkan banyak karya diantaranya; membuat abaci, globe bumi, jam, dll. Berbagai prestasinya tersebut menimbulkan kecurigaan dari beberapa orang di zamannya bahwa ia telah menyembahkan jiwanya kepada setan. Namun pada akhirnya ia bisa membantah segala tuduhan terhadapnya, bahkan ia dipilih menjadi Paus pada tahun 999 M.


A. Zaman Kegelapan di Dunia Islam (Zaman Jahiliah)

Kata jahiliah berasal dari bahasa Arab, yaitu jahala yang berarti jahil dan tidak berilmu atau tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Istilah ini telah digunakan oleh orang Islam untuk menggambarkan perubahan yang dibawa oleh Islam dalam corak kehidupan dan pemikiran masyarakat. 

Masyarakat Arab Jahiliah adalah masyarakat yang hidup di Semenanjung Tanah Arab pada masa selepas runtuhnya pemerintahan Maarib di Sabak. Zaman Jahiliah ini berlangsung lebih kurang 310 tahun, yaitu dari tahun 300 M hingga 610 M. Masyarakat Arab golongan ini disebut sebagai masyarakat Arab Jahiliah karena mereka tidak mengikuti ajaran para nabi dan rasul sebelumnya seperti Nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Musa, Nabi Isa dan lain-lain. 

Zaman Jahiliah dianggap sebagai zaman kegelapan kerana masyarakat Arab Jahiliah tidak menyembah Allah Yang Maha Esa, namun kebanyakan mereka menyembah berhala dan mempercayai animisme. Kehidupan masyarakat Arab di zaman Jahiliah adalah liar bagaikan di hutan rimba dengan hukum rimba pula yang berlaku di masa itu. Karena pada masa itu, tiada nabi atau rasul dan kitab suci yang bisa dijadikan petunjuk dalam kehidupan. Ahklak mereka begitu rendah, mereka bersifat kejam, angkuh dan dengki. Dengan kedatangan Islam, kehidupan masyarakat Arab Jahiliah mulai mengalami proses perubahan.

Salah seorang tokoh muslim yang sangat berjasa dalam mendorong umat Islam untuk meninggalkan era Jahiliah adalah Imam Shadiq. Imam Shadiq as lahir tanggal 17 Rabiul Awal tahun 83 Hijriah, di kota Madinah. Sampai dengan usia 12 tahun, ia diasuh oleh kakeknya, Imam Sajjad as, dan 19 tahun kemudian, ia berada di bawah bimbingan ayah kandungnya, Imam Muhammad Baqir as. Imam Shadiq as hidup di masa ketika Dinasti Bani Umayah sedang mengalami kemunduran dan Dinasti Bani Abbasiah mulai merebut kekuasaan. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Imam Shadiq untuk menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam yang murni dan hakiki. 

Selain menguasai ilmu dan makrifat Islam, Imam Shadiq as juga menguasai ilmu kedokteran, kimia, matematika, dan bidang-bidang ilmu lainnya. Pada masa hidupnya, Imam Shadiq adalah sumber rujukan ilmu pengetahuan dan dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia untuk meminta jawaban atas berbagai persoalan ilmiah. Tercatat ada 4.000 murid yang belajar kepada Imam Shadiq as, di antaranya adalah Jabir bin Hayyan, seorang kimiawan muslim yang sangat terkenal. 

Periode Imam Shadiq as adalah kesempatan emas untuk menghidupkan dan membangkitkan kembali ajaran-ajaran suci Islam. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, banyak terjadi penyimpangan terhadap ajaran-ajaran murni Islam, bahkan masyarakat lupa tentang bagaimana menunaikan shalat dan haji dengan benar. Hal itu disebabkan karena kesibukan mereka dengan berbagai urusan dunia seperti penaklukan wilayah atau negara, masalah keuangan, dan berbagai persoalan lainnya.

Penyimpangan-penyimpangan di masa itu terjadi sebagai dampak dari pelarangan penulisan hadits dan munculnya hadits-hadits palsu di tengah masyarakat Islam sejak masa kekuasaan Muawiyah. Agama Islam di masa itu berada dalam bahaya dan di ambang kehancuran. Sementara ilmu pengetahuan ditinggalkan dan terisolasi, sedangkan para ulama tidak memiliki sumber shahih untuk mengenalkan agama Islam. Selain itu, terjadi berbagai bentrokan dan konflik di antara kelompok-kelompok politik dan sosial. Berbagai perselisihan yang terjadi menyebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah dan akhirnya diambil alih oleh pemerintahan Abbasiyah. 

Situasi politik yang terbuka akibat lemahnya badan-badan pemerintahan di masa itu, dimanfaatkan oleh Imam Shadiq as untuk menyebarkan ajaran-ajaran murni Islam. Beliau melanjutkan gerakan ilmiah dan budaya yang sebelumnya dilakukan oleh ayahnya dengan membuka Hauzah Ilmiah di berbagai bidang ilmu dan mendidik ribuan murid. Murid-murid Imam Shadiq yang menguasai ribuan hadits di berbagai cabang ilmu seperti tafsir, fiqih, sejarah, akhlak, kalam, kedokteran, kimia dan lain sebagainya, sangat berpengaruh dalam menyebarkan hadits-hadits shahih Nabi Muhammad SAW dan mengajarkan ilmu-ilmu agama. Hal itulah yang menjadi penghalang bagi munculnya kembali berbagai penyimpangan di tengah-tengah masyarakat Islam.

Murid-murid Imam Shadiq as yang mencapai 4.000 orang paling tidak telah mampu menghapus banyak penyimpangan dan syubhat, dan mengakhiri kemandekan budaya islami akibat pelarangan menukil hadits. Beliau mendorong dan mendidik setiap muridnya sesuai dengan bidang, bakat dan kapasitas murid tersebut. Hasilnya, setiap muridnya mampu menguasai satu atau dua bidang ilmu seperti hadits, tafsir, ilmu kalam, dan cabang-cabang ilmu lainnya. 

Menariknya, Imam Shadiq as meminta setiap muridnya untuk berbicara tentang cabang ilmu tertentu dan kemudian mendiskusikan hal itu dengan mereka. Metode ini bertujuan agar semua mengetahui keahlian apa saja yang harus dimiliki oleh seorang mubaligh. 

Melalui perluasan budaya islami, Imam Shadiq as berusaha menghapus kebodohan umat Islam. Dari satu sisi, beliau berusaha memerangi kerusakan politik di Bani Umayah dan Abasiyah dan dari sisi lainnya, cucu Rasulullah SAW itu berusaha memerangi berbagai penyimpangan akidah, persepsi dan interpretasi keliru tentang agama. 

Untuk meluruskan penafsiran keliru yang diakibatkan oleh ketidakpahaman terhadap dasar-dasar pemahaman ayat itu, Imam Shadiq as pernah membacakan Surat al-Maidah Ayat 27, “Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban (perbuatan baik) dari orang-orang yang bertakwa.” 

Jadi, jika perbuatan tersebut tidak sah maka tidak akan mendatangkan pahala apapun. Pada dasarnya, menjauhi sumber wahyu akan menyebabkan munculnya orang-orang yang mengklaim memiliki ilmu tetapi sebenarnya tidak memahami dasar-dasar Al-Qur’an dan agama.

Imam Shadiq as adalah sosok yang memiliki kesabaran dan toleransi yang tinggi. Beliau tidak hanya sopan dan ramah kepada umat Islam saja tetapi juga kepada pemeluk agama lain bahkan kepada orang-orang musrik dan kafir. Meski demikian, beliau sangat keras dan tegas terhadap kelompok ghulat yang membesar-besarkan Ahlul Bait as dan mensifati mereka dengan sifat-sifat yang Ahlul Bait as sendiri tidak menerimanya.

Keyakinan kelompok-kelompok ghulat adalah ancaman besar bagi dunia Islam. Imam Shadiq as yang memahami ancaman itu segera mengambil langkah-langkah untuk memerangi pemikiran keliru dan ekstrim tersebut. Sebab, kecintaan yang bercampur dengan kebodohan akan melemahkan setiap akar keyakinan dan agama. Situasi itu juga akan membuka peluang bagi musuh untuk menghantam Islam.

Salah satu langkah Imam Shadiq as dalam memerangi kelompok ghulat adalah memberikan petunjuk kepada masyarakat ke jalan yang benar, menjelaskan akidah murni Islam dan mengungkap keyakinan keliru kelompok-kelompok tersebut. Dengan demikian, Imam Shadiq as telah memisahkan antara yang haq dan yang batil. Beliau juga melarang keras masyarakat untuk duduk bersama dengan orang-orang ghulat dan memperingatkan kaum muda tentang bahaya akidah kelompok sesat itu. 

Imam Shadiq as berkata, “Hendaklah pemuda-pemuda kalian waspada terhadap orang-orang ghulat supaya mereka tidak dirusak oleh kelompok tersebut. Sebab, orang-orang ghulat adalah seburuk-buruknya ciptaan Tuhan. Mereka meremehkan kebesaran Tuhan dan mengklaim hamba Tuhan sebagai Tuhan. Aku bersumpah bahwa orang-orang ghulat lebih buruk dari pada Yahudi, Nasrani, Majusi dan orang-orang musrik.” 

Imam Shadiq as di setiap kesempatan selalu menentang pemerintahan-pemerintahan taghut. Beliau tidak pernah menyerah terhadap tekanan dinasti-dinasti zalim di masa itu. Beliau bahkan selalu memerangi kejahatan pemerintah taghut dan akhirnya meneguk cawan kesyahidan pada tahun 148 Hijriah.


3. Al-Farazi

Al-Farazi (wafat pada tahun 790 M) adalah perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog pertama, sebagai alat bantu astronomi...